Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 18 Juni 2013

Bulan Pernah Terbelah Dua


Kajian ilmiah oleh astronot NASA menemukan bahwa seketika dulu bulan pernah terbelah dua. Penelitian ini dilakukan ketika gambar-gambar yang direkam oleh satelit dan teleskop menunjukkan terdapat garis rekahan pada bulan. NASA telah mengirim 3 angkasawanya untuk penelitian yang lebih rinci tentang bulan.
 
Setelah mereka melakukan penelitian, kesimpulannya, bahwa bulan pernah terbelah dua. Setelah hasil penelitian ini diungkapkan kepada umum, alangkah terkejutnya mereka, ketika diberitahu bahwa kisah bulan terbelah dua ini telah diceritakan oleh Al-Qur'an sekitar 1400 tahun yang lalu.






Memang ada hadis yang meriwayatkan peristiwa terbelahnya bulan di zaman Nabi saw. masih di Mekah. Hal ini terjadi ketika kaum musyrikin 'mencabar' Nabi untuk menunjukkan bukti kenabiannya dengan meminta membelah bulan.



Ini adalah beberapa di antaranya:



Hadis daripada Abdullah bin Mas'ud ra., Ia berkata: Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah saw., Lalu Rasulullah saw. bersabda: Saksikanlah oleh kalian. (Shahih Muslim No.5010)



Hadis daripada Anas ra.: Bahawa penduduk Mekah meminta kepada Rasulullah saw. untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah saw. memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (Shahih Muslim No.5013)



Hadis daripada Ibnu Abbas ra.: Sesungguhnya bulan pernah terbelah pada zaman Rasulullah saw .. (Shahih Muslim No.5015)



Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, cuba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang boleh membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek)?






Rasulullah bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan ..." Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan sendirinya. Segera orang-orang musyrik pun berkata, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!"




Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan.



Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama dari perjalanan menuju Mekkah, orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masing-nya kemudian bersatu kembali ..."



Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata," Ini adalah sihir yang terus-menerus ", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ... (sampai akhir surat Al-Qamar).

Rabu, 12 Juni 2013

Apa itu Sejarah?



PENGANTAR ILMU SEJARAH
     A. LATAR BELAKANG
Mengapa harus belajar sejarah? Bukankah sejarah adalah masa lalu, dan kita menuju masa depan. Pemikiran ini sering mengemuka dan membuat sejarah dipandang sebelah mata. Orang yang belajar sejarah tak berdaya. Karena itu, sejarah kerap ditempatkan sekedar pelengkap. Mereka lupa bahwa realitas kehidupan hari ini adalah buah aktivitas masa lalu, dan cermin masa depan terletak pada tindakan kita sekarang. Itulah sebabnya sejarah dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Tidak ada sejarah yang lengkap. Begitulah fakta sejarah dunia mana pun. Kita hanya dapat mengalami suatu kejadian dari sebagian totalitas kejadian itu. Karena itu, tidak salah apabila ada yang mengatakan, sejarah berulang dan kita perlu belajar sejarah. Masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali. Bahkan juga mereka yang dikaruniai ingatan yang tajam sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa lampaunya, karena dalam hidup semua orang pastilah ada peristiwa, orang, kata-kata, pikiran-pikiran, tempat-tempat dan bayangan-bayangan yang ketika terjadi sama sekali tidak meninggalkan kesan, atau yang kini telah dilupakan.
Lebih daripada itu, pengalaman suatu genersi yang telah lama mati yang sebagian besar diantara anggotanya tidak meninggalkan rekaman-rekaman, atau yang rekaman-rekamannya jika pun ada tidak pernah sampai ke tangan sejarawan, tidak mungkin diingat kembali secara lengkap.
Yang terakhir adalah bahwa sejarah adalah pelajaran yang sangat berharga, karena sejarah merupakan suatu gerakan yang kreatif. Sejarah tidak hanya memberikan bahan pertimbangan saja, tetapi menuntut kerja keras dan ketekunan, latihan imajinasi yang kreatif, bergist menelaah literatur yang bermutu tinggi.
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak mata uang atau benda atau sejarah lainnya, bangunan dan monument, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai “sejarah penceritaan”, atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah foto, gambar bergerak (misalnya: fim layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periode yang hendak diteliti atau dipelajari penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi atau cara pandang sejarah yang berbeda satu dengan yang lainnya.

     B.   PEMBAHASAN
Apa Sejarah Itu?
Sejarah dalam bahasa Arab, tārīkh atau history (Inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa.[1] Sejarawan Louis Gottschalk dalam bukunya Understanding History: a Primer of Historical Method, sejarah dalam bahasa Inggris history berasal dari kata benda bahasa Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam penggunaannya oleh filosof Yunani, Aristoteles, istoria berarti suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak dalam penjelasan.[2] Perkataan sejarah juga mempunyai arti yang sama dengan Geschichte (Jerman) dan Geschiedenis (Belanda), semua mengandung arti yang sama yaitu cerita tentang peristiwa dan kejadian pada masa lampau. Peristiwa dan kejadian itu benar-benar terjadi dimasa lampau.[3]
Sejarawan Indonesia, seperti Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, menbagi pengertian sejarah pada pengertian subjektif dan objektif.[4] Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk mengambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur. Kesatuan itu membentuk koherensi, artinya berbagai unsur bertalian satu sama lain dan merupakan satu kesatuan. Fungsi unsur-unsur saling menopang dan saling bergantung satu sama lain. Disebut subjektif, tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis). Karena pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau rekontruksi dari pengarang, mau tidak mau memuat sifat-sifat, gaya bahasa, struktur pemikiran, pandangan dan sebagainya. Sejarah dalam arti objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. Orang yang memiliki kesempatan mengalami suatu kejadian pun sebenarnya hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas kejadian itu.
Riwayat Moh. Ali dalam Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (1963) mempertegas pengertian sejarah menjadi:
(1)  Jumlah perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
(2)  Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
(3)  Ilmu uang bertugas menyelidiki peribahan-perubahan. Kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
Bila kita perhatikan pengertian tersebut, maka akan kita dapatkan peristiwa masa lampau dan ceritanya, sedangkan ilmu bertugas menyelidiki kebenaran kebenaran peristiwa masa lampau dan cara menyusun cerita sehingga membentuk pengertiuan yang lengkap. Apabila kita ambil peristiwa masa lampau saja, itu belum berarti sejarah,
Sejarah akan mengandung arti bila peristiwa masa lampau atau faktanya diberi cerita dan ceritanya harus disusun dengan persyaratan ilmiah. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah cerita perubahan-perubahan, peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan dikaitkan, sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.
Dahulu ada kekeliruan tafsir mengenai sejarah. Sejarah sering diartikan sama dengan dongeng, mythe, legenda, silsilah, kronik, dan babad. Dongeng, mythe dan legenda adalah cerita tentang kepercayaan lampau yang masih hidup di tengah-tengah masyarakat. Silsilah (berasal dari bahasa Arab) yang berarti urutan, seri, hubungan, daftar asal-usul keturunan. Kronik atau tarich adalah cerita peristiwa-peristiwa yang disusun menurut urutan waktu tanpa penjelasan hubungan antar peristiwa-peristiwa tersebut.
Khusus mengenai tarich merupakan buku tahunan perhitungan waktu buku riwayat dan pencatatan tanggal yang juga disebut primbon (bahasa Jawa), sedangkan babad berasal dari bahsa Jawa berarti riwayat kerajaan dan riwayat raja-raja. Dongeng, mythe, legenda, silsilah dan sebagainya itu merupakan hasil kesusatraan lama. Jadi bukan sejarah, yang menurut Benedetto Crose termasuk pseudo history atau sejarah palsu.
Sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa sekarang
Beberapa Pendapat Ahli Mengenai Sejarah
            Berdasarkan pengertian harfiah tersebut, maka materi sejarah itu sangat luas, karena menyangkut perubahan-perubahan atau peristiwa-peristiwa perkehidupan manusia dalam kenyataan sekitar kita.[5] Apabila manusia sebagai pemegang peranan utama dalam sejarah, maka tidak seluruh kegiatan manusia itu akan menjadi isi cerita sejarah. Isi cerita akan dibatasi oleh pendirian ataupun tujuan penyusunan sejarah. Demikianlah peristiwa atas fakta sejarah yang begitu banyaknya perlu diseleksi. Jenis fakta-fakta itu beragam, beraneka warna, dan fakta yang berhubungan dengan politik, diplomasi, perang, konstitusi, ekonomi, kebudayaan, sosial dan sebagainya, kerena itu terasa kebutuhan untuk membagi-bagi sejarah ke dalam ranting-rantingnya yang lebih mengkhusus untuk memungkinkan pemusatan perhatian-perhatian dari sejarah.
Beberapa pendapat tentang arti sejarah:
1.    H. Mohammad Hatta dalam pengantar ke Jalan Ilmu Pengantar Ilmu Sejarah dan Pengetahuan 1960. Halaman 54-57-68.
Sejarah ujudnya memberi pengertian dari pada masa yang lalu.....
Ia menggambarkan di muka kita suatu ideal tipe, bentuk rupa dari pada masa itu. Bukan gambaran yang sebenar-benarnya, tetapi gambaran yang dimudahkan, supaya kita mengenal rupanya.....
Ia bukan melahirkan cerita daripada kejadian yang lalu, tetapi memberi pengertian tentang satu kejadian atau masa itu sebagai masalah. Ia mengupas masalahnya dalam keadaan yang heterogen, dalam keadaan hidupnya yang banyak cabangnya.....
Siapa yang mempelajari sejarah dengan pengertian tal boleh berputus asa. Kerena sejarah mengajar kita melihat yang relatif, yang sementara dalam segala kejadian di dunia ini. Semua itu satu-satunya adalah semetara. Tak ada yang berubah “pantai rei”, semuanya mengalir, kata Herakletos. Masyarakat sewaktu-waktu bergeak dan berubah.

2.    H. Moh. Yamin, dalam Majapahit Parwa I halaman 89.
Sejarah Indonesia menurut paham ilmiah ialah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan (sumber sejarah – sandaran sejarah).
3.    Edward Hellet Carr (1892-1982), sejarawan Inggris percaya bahwa meskipun para sejarawan tidak bisa memprediksi peristiwa-peristiwa tertentu, mereka bisa membuat generalisasi yang berguna baik sebagai petunjuk untuk tindakan masa depan maupun sebagai kunci untuk memahami bagaimana hal-hal bisa terjadi (Warrington 2008:54).[6]
4.    Beneditto Crose dalam bukunya tentang Teori dan Sejarah dari Ilmu Penulisan Sejarah (Historiografi) membedakan pengertian sejarah dan kronik. Sejarah adalah cerita yang menggambarkan suatu pikiran yang hidup tentang masa lampau sedangkan kronik merupakan catatan tentang masa lampau, menurut kedudukannya, mati dan tak dapat mengerti (pseudohistoris).
5.    E. Bernhein dalam Lehrbuch der Historychen Methoed under Geschictsphilosophi, cetakan VI halaman 9. Ilmu sejarah adalah ilmu yang menyelidiki dan menceritakan peristiwa-peristiwa dalam waktu dan ruang yang dihubungkan dengan perkembangan dan aktivitas manusia (baik yang bersifat individu maupun kelompok) sebagai kehidupan masyarakat dalam hubungan timbale balik antara rohaniah dan jasmaniah.
6.    Kontowijoyo (2005:18) memberikan pengertian sejarah sebagai rekontruksi masa lalu. Artinya, apa yang telah terjadi, kaitannya dengan manusia dan tindakan manusia direkonstruksi (re artinya kembali; construction artinya bangunan) dalam bentuk kisah sejarah. Pengertian ini lebih mengarah pada upaya menghadirkan kembali kejadian-kejadian masa lalu oleh sejarawan atas dasar sumber-sumber sejarah dan daya imajinasi sejarawan. Dalam kaitan itu Kuntowijoyo juga membedakan karakteristik ilmu sejarah dalam arti negative dan pengertian positif. [7]
7.    WJS. Puerwodiarminta dalam kamus umum Bahasa Indonesia memiliki tiga makna, ketiga makna tersebut adalah:
a.    Kesusastraan lama yang berupa  silsilah serta asla usul.
b.    Segala sesuatau yang benar-benar terjadi pada masa lalu.
c.    Ilmu pengetahuan.
8.    Hendri Pirennei seorang sejarah dimaknai sebagai sebuah kisah mengenai berbagai peristiwa dan aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat.
9.    Cllefelanb sejarah adalah sebuah konsep yang akan dilihat untuk mengenali kehidupan manusia.
10.  Abramiwitz pendapat ini disampaikan pada tahun 1970. Menurutnya sejarah adalah runtutan peristiwa yang terjadi pada sebuah kejadian.


     C.   KESIMPULAN
Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan. Semua peristiwa-peristiwa masa lampau yang menjadi inti cerita sejarah itu sungguh-sungguh terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya. Peristiwa-peristiwa masa lampau menunjukan proses perjuangan manusia untuk mencapai perikehidupan kemanusiaan yang lebih sempurna dan sebagai ilmu yang berusaha mewariskan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu.
Sejarah sebagai kesusasteraan lama merupakan karya sastra yang berlandasan atau memiliki latar belakang sejarah. Termasuk dalam kelompok ini antara lain dongeng, mythe, legenda, silsila, kronik, babad dan lain-lain. Bentuk-bentuk kesusasteraan ini bukan sejarah , melainkan kata Benedetto Crose adalah “pseudo history” atau “Sejarah semu”.
Pendapat para ahli mengenai definisi sejarah berbeda-beda, namun apabila ditarik kesimpulan ada persamaannya yaitu cerita tentang perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa dan sebagainnya pada masa lampau, dan ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan tersebut pada dasarnya merupakan kegiatan manusia.
Sejarah sebagai ilmu ataupun sejarah sebagai cerita adalah hasil ciptaan manusia. Dalam hal ini manusia sebagai subjek atau yang memegang peranan sebagai penyusun ilmu dan cerita. Dalam pendapat’ para ahli tentang sejarah tanpa adanya unsure subjektivitas yang didasari ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abd Rahman. & Madjid, M Saleh. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Hugiono. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Semarang: Bina Aksara
Supriadi, Deddi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Media


[1] Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Media, 2008, hlm. 13.
[2] Ibid
[3] Hugiono. Pengantar Illmu Sejarah. Semarang: Bina Aksara, 1987, hlm. 1.
[4] Ibid.
[5] Ibid
[6] Abd. Rahman Hamid & M. Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm. 2.
[7] Ibid

Rabu, 05 Juni 2013

PENGANTAR ILMU KEARSIPAN

Hadits Tentang Ilmu



PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu
Ilmu ditafsirkan dengan sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya.
Figih adalah pengetahuan tentang kelembutan-kelembutan ilmu.ujar Abu Hanifah: fiqih adalah pengetahuan hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang. Ujarnya lagi : ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan disini berarti meninggalkan orientasi dunia demi akhirat. Maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari hal-hal bermanfaat dan berbahaya didunia dan diakhirat. Dengan demikian ia akan mengambil mana yang bermanfaat dan manjauhi mana yang berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas dirinya dan menambah siksaan nya.
Dalam masalah kebaikan keistimewaan dan keutamaan ilmu itu banyak lah ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadist-hadist shohih dan masyur yang mengemukakannya.
B. Keutamaan Ilmu
Keutamaan-keutamaan Ilmu:
1. Ilmu adalah pusaka para nabi,
2. pemilik ilmu temannya banyak,
3. ilmu semakin diamalkan semakin bertambah,
4. pemilik ilmu dipanggil dengan nama keagungan dan kemuliaan,
5. ilmu tidak akan berkarat dan tidak rusak karena umur,
6. ilmu bisa menerangi hati.

C. Keutamaan Menuntut Ilmu
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajat. “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan diri-Nya, lalu dengan malaikat-Nya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang berilmu. “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43). Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an. “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR. Abu Dawud. Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani) . Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR Tirmidzi)”.
Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang muslim haruslah berusaha belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu secara financial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata adalah orang yang berbakat.
Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu setinggi-tingginya. Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara-negara Islam. Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara-negara Islam. Ini karena kita tidak konsekuen dengan ajaran Islam.
Nabi juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat, Amal Jariah, dan Anak sholeh.”(HR Muslim)
Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tersebut dengan sungguh-sungguh, mereka giat menuntut ilmu. Hadits-hadits seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar. Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi. Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.

Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim.
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.[1]



E. Hadist – Hadist Tentang Ilmu
Hadis-Hadis tentang kewajiban menuntut ilmu
a.  الْجَنَّةِ إِلَى طِرِيْقًا بِهِ اللَّهُ سَهَّلَ ، عِلْمًا فِيْهِ يَلْتَمِسُ طَرِيْقًا سَلَكَ مَنْ
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
b. ، رَكْعَةٍ مِائَةَ تُصَلِّيَ اَنْ مِنْ لَّكَ خَيْرٌ اللَّهِ كِتَابِ مِنْ اَيَةً فَتُعَلِّمَ تَغْدَوْا لَأَنْ ، أَبَاذَرٍّ يَا
(ماجة ابن) رَكْعَةٍ أَلْفَ تُصَلِّيَ اَنْ مِنْ خَيْرٌ ،يُعْمَلْ لَمْ اَوْ بِهِ عُمِلَ الْعِلْمِ مِنَ بَابًا فَتُعَلِّمَ تَغْدُوْا وَلَأَنْ
Hai Abu Dzar, Apabila kamu pergi dan menuntut ilmu satu ayat saja dari Al-Qur’an, itu lebih baik dari pada sholat 100 rakaat,dan sesungguhnya apabila kamu menuntut ilmu satu bab yang kamu ketahui, baik diamalkan atau tidak, lebih baik bagi mu dari pada sholat 1000 rakaat”.(HR. Ibnu Majah)
c.Dari Kitab Riyadhus Shalihin - Hadits 1389 - 1390 - 1391, juga menjelaskan hadits tentang mencariilmu :
1389: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. ”(H. R Muslim)
1390: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menyerbu kepada hidayah (petunjuk) maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yamh mengikutinya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. ”(H. R Muslim)
1391: Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:”Jika anak Adam mati, maka terputuslah semua amalannya melainkan tiga hal; shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya. ”(H. R Muslim)“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany) “orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan (orang) dia membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya”.(HR.baihaqi)[2]
F. Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :
Artinya : "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid (kepercayaan terhadap Allah) dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda:

Artinya : "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw., bersabda:
مُسْلِمٍ كُلِّ عَلَى فَرِيْضَةٌ الْعِلْمِ طَلَبُ
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu, karena ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan dengan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahwa yang paling utama ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa karena ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakkan Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah.
 Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
G. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan sangat berguna bagi kita semuanya.
Artinya : "Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".
Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan :
Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima".[3]
H. Keutamaan orang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya.
Mereka digelari sebagai "al-Raasikhun fil Ilm" (Al Imran : 7), "Ulul al-Ilmi" (Al Imran : 18), "Ulul al-Bab" (Al Imran : 190), "al-Basir" dan "as-Sami' " (Hud : 24), "al-A'limun" (al-A'nkabut : 43), "al-Ulama" (Fatir : 28), "al-Ahya' " (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelaran mulia lain.

Daya usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan panca indera yang dikaruniakan Allah SWT membimbing seseorang ke arah mengenal dan mengakui ketauhidan Rabbul Jalil.
Ini memberi satu isyarat dan petunjuk yang penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk, kerdil, dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir membuat suatu rumusan yang menarik bahwa apabila Allah SWT menyandingkan "diri-Nya" dengan para malaikat dan orang yang berilmu tentang penyaksian "keesaan Allah SWT dan kemutlakan-Nya sebagai Tuhan yang layak disembah", hal tersebut adalah suatu penghormatan agung secara khusus kepada orang-orang yang berilmu yang sentiasa bergerak di atas rel kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip ini serta berpegang teguh dengannya dalam semua keadaan dan suasana.
Rekaman penghormatan ini kekal sebagaimana kekalnya kitab wahyu ini sebagai peringatan kepada golongan berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Mereka memikul amanah Allah SWT karena mereka adalah pewaris para nabi.
Sifat ikhlas, berani, dan tegas serta senantiasa istiqamah akan selalu ada dalam diri orang yang berilmu. Mereka tidak mengharapkan ganjaran, sanjungan, dan pujian dari manusia. Keikhlasan mereka adalah hasil daripada ramuan kecintaan dan keyakinan kepada prinsip kebenaran yang menjadi tonggak pegangan mereka.
Orang yang berilmu amat menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Mereka tidak menafikan kebenaran dari pihak lain dan tidak pula merasa kebenaran hanya mutlak ada pada dirinya. Berlapang dada dan merendah diri adalah akhlak murni orang yang berilmu.
Mereka tidak melihat dari siapa atau dari golongan mana kebenaran tersebut berasal. Kebenaran sejati yang menjadi pegangan mereka adalah apabila datangnya daripada nash al-Quran al-Karim dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Keberanian orang yang berilmu adalah hasil keyakinan teguh kepada
kekuatan dan kekuasaan Allah Rabbul Jalil. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [Orang-orang yang berilmu]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Fatir: 28)
Orang-orang yang berilmu memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha Berkuasa atas sekalian makhluk-Nya. Kehinaan di sisi manusia karena mempertahankan prinsip kebenaran dipandang lebih baik dan mulia daripada kehinaan di sisi Allah SWT karena menampik kebenaran hanya untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian manusia. Mereka amat yakin bahwa menyatakan kebenaran dan perkara hak adalah amanah Allah SWT dan mereka pun mengetahui resikonya amat besar.
Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (al-Baqarah: 159)


Rasulullah saw bersabda:
"Janganlah sekali-kali wibawa manusia sampai menghalangi seseorang untuk mengatakan sesuatu yang hak jika ia mengetahuinya, menyaksikannya, atau mendengarnya. Sebab tindakannya itu tidak akan mendekatkan ajal dan tidak akan menjauhkannya dari rezeki." (HR Ahmad)
Rasulullah saw juga bersabda:
"Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)
Orang yang berilmu mengetahui bagaimana kerusakan yang akan timbul dari amal yang tanpa ilmu, sebagaimana yang dikatakan khalifah Umar bin Abdul Aziz "Barang siapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia banyak merusak dari pada memperbaiki"
Yang menjadi panutan orang-orang berilmu adalah Rasulullah saw dan para sahabat beliau yang mulia. Karena hanya dengan mengikuti jalan Rasulullah dan para sahabatlah yang akan memasukkan seorang muslim kedalam golongan yang selamat. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw:
"Semua golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti diatasnya" (HR Tirmidzi)
Imam Bukhari dalam kitabnya "Berpegang Teguh pada Kitab dan Sunnah"
memberi judul salah satu dari sekian bab (yang artinya):
"Nabi SAW mengajarkan kepada umat-nya, baik laki-laki maupun wanita, apa yang diajarkan Allah kepadanya tanpa menggunakan pendapat atau pemisalan."
                                                                            
Al-Muhallab berkata ketika mengomentari bab Bukhari ini: "Maksud Bukhari bahwa seorang yang berilmu apabila dia berbicara dengan menggunakan nash, tidak perlu lagi berbicara berdasarkan pendapat dan qiyasnya (analogi). "[4]


















KESIMPULAN
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw.,
bersabda: Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)













DAFTAR PUSTAKA
-Hadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
-Kitab Riyadus Sholihin
-http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/hadist-tentang-ilmu.html
-Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\






[1]Hadisaputra ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan
[2]Kitab riyadus sholihin, hadis no. 1389 - 1390 - 1391
[3] Ibid
[4]Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\