PEMBAHASAN
A.
Definisi Ilmu
Ilmu
ditafsirkan dengan sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya.
Figih
adalah pengetahuan tentang kelembutan-kelembutan ilmu.ujar Abu Hanifah: fiqih
adalah pengetahuan hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang.
Ujarnya lagi : ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan disini
berarti meninggalkan orientasi dunia demi akhirat. Maka seyogyanya manusia
jangan sampai lengah diri dari hal-hal bermanfaat dan berbahaya didunia dan
diakhirat. Dengan demikian ia akan mengambil mana yang bermanfaat dan manjauhi
mana yang berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban
pemberat atas dirinya dan menambah siksaan nya.
Dalam
masalah kebaikan keistimewaan dan keutamaan ilmu itu banyak lah ayat-ayat
Al-Qur’an maupun hadist-hadist shohih dan masyur yang mengemukakannya.
B.
Keutamaan Ilmu
Keutamaan-keutamaan
Ilmu:
1.
Ilmu adalah pusaka para nabi,
2.
pemilik ilmu temannya banyak,
3.
ilmu semakin diamalkan semakin bertambah,
4.
pemilik ilmu dipanggil dengan nama keagungan dan kemuliaan,
5.
ilmu tidak akan berkarat dan tidak rusak karena umur,
6.
ilmu bisa menerangi hati.
C.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Sesungguhnya
Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat
Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam
beberapa derajat. “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al
Mujadilah: 11)
Pada
surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan diri-Nya, lalu dengan
malaikat-Nya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah
menghargai orang-orang yang berilmu. “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah
juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang
diberikan Allah untuk manusia. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan
untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al
‘Ankabut:43). Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat
petunjuk Al Qur’an. “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi
Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris
para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR. Abu Dawud. Bahkan Nabi tidak
tanggung-tanggung lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah.
“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang
‘alim.” (HR Thabrani) . Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli
ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan
orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang
yang paling rendah dari sahabatku.” (HR Tirmidzi)”.
Nabi
Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi
muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga
sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu
pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu
pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa
perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, soalnya nanti tinggalnya juga
di dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu Nabi juga menyuruh
agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang
muslim haruslah berusaha belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan
orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi
berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak
mampu secara financial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk
membantunya jika dia ternyata adalah orang yang berbakat.
Sekarang
ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan
orang-orang kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan
ajaran Islam seperti kewajiban menuntut Ilmu setinggi-tingginya. Jarang kita
menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat
tinggi di negara-negara Islam. Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat
Islam bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang
tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!”
Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata
tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara-negara Islam. Ini karena kita
tidak konsekuen dengan ajaran Islam.
Nabi
juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah
SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat menerima manfaat
dari ilmunya..
“Apabila
anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang
bermanfaat, Amal Jariah, dan Anak sholeh.”(HR Muslim)
Pada
awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tersebut dengan
sungguh-sungguh, mereka giat menuntut ilmu. Hadits-hadits seperti “Siapa yang
meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan
Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid
(martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar. Tapi itu sekarang
tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu pengetahuan
tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan
ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi. Ummat Islam harus kembali giat menuntut
ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain
(wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak ada
segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.
Ilmu
agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang
benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli
Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama
yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6
rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh
setiap muslim.
Adapun
ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu
menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan
tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan
musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang
menguasainya.[1]
E.
Hadist – Hadist Tentang Ilmu
Hadis-Hadis
tentang kewajiban menuntut ilmu
a.
الْجَنَّةِ إِلَى طِرِيْقًا بِهِ اللَّهُ
سَهَّلَ ، عِلْمًا
فِيْهِ يَلْتَمِسُ طَرِيْقًا سَلَكَ مَنْ
“Barangsiapa
merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)
b.
، رَكْعَةٍ مِائَةَ تُصَلِّيَ اَنْ
مِنْ لَّكَ خَيْرٌ اللَّهِ كِتَابِ
مِنْ اَيَةً فَتُعَلِّمَ تَغْدَوْا لَأَنْ ، أَبَاذَرٍّ يَا
(ماجة ابن) رَكْعَةٍ أَلْفَ تُصَلِّيَ اَنْ مِنْ
خَيْرٌ ،يُعْمَلْ لَمْ اَوْ
بِهِ عُمِلَ الْعِلْمِ مِنَ بَابًا
فَتُعَلِّمَ تَغْدُوْا وَلَأَنْ
“Hai
Abu Dzar, Apabila kamu pergi dan menuntut ilmu satu ayat saja dari Al-Qur’an,
itu lebih baik dari pada sholat 100 rakaat,dan sesungguhnya apabila kamu
menuntut ilmu satu bab yang kamu ketahui, baik diamalkan atau tidak, lebih baik
bagi mu dari pada sholat 1000 rakaat”.(HR. Ibnu Majah)
c.Dari Kitab Riyadhus Shalihin
- Hadits 1389 - 1390 - 1391, juga menjelaskan hadits tentang mencariilmu :
1389:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. ”(H. R Muslim)
1390:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa menyerbu kepada hidayah (petunjuk)
maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yamh mengikutinya tanpa
mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. ”(H. R Muslim)
1391:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu , dia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:”Jika anak Adam mati, maka terputuslah semua amalannya
melainkan tiga hal; shadaqah jariyyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang mendo’akannya. ”(H. R Muslim)“segala sesuatu yang ada jalannya dan jalan
menuju surga adalah ilmu”(hr.dailany) “orang yang paling utama diantara manusia
adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu,dimana kalau dibutuhkan (orang) dia
membawa manfaat /memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia
memperkaya /menambah sendiri pengetahuannya”.(HR.baihaqi)[2]
F.
Hukum Menuntut Ilmu
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan
segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah
kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad saw :
Artinya
: "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki
maupun perempuan". (HR. Ibn Abdulbari).
Dari
hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar
menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan
jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa
segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan
dangan 'aqaid (kepercayaan terhadap Allah) dan ibadat, baik yang berhubungan
dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi
Muhammad saw.bersabda:
Artinya
: "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia,
wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan
berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa
yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya
pula". (HR.Bukhari dan Muslim)
Islam
mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk
menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia,
agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia
ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw., bersabda:
مُسْلِمٍ كُلِّ عَلَى فَرِيْضَةٌ الْعِلْمِ طَلَبُ
“Menuntut
ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat
Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Oleh
karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu
sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah
termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah
dikatakan tidak perlu, karena ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu
juga dengan ilmu berkaitan dengan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi
perlu difahami bahwa yang paling utama ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain
terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa karena ia
adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu
selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun
mempelajarinya amat digalakkan Ilmu yang diamalkan sesuai dengan
perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya
wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah.
Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya,
ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist
dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu
diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin,
dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.
G.
Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dilihat
dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan sangat
berguna bagi kita semuanya.
Artinya
: "Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun
petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka
pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun".
Mengapa
menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal
ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan
sia-sialah amalnya.
Syaikh
Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan :
Artinya
: "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka
segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima".[3]
H.
Keutamaan orang berilmu
Orang
yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi
Allah SWT dan makhluk-Nya.
Mereka
digelari sebagai "al-Raasikhun fil Ilm" (Al Imran : 7), "Ulul
al-Ilmi" (Al Imran : 18), "Ulul al-Bab" (Al Imran : 190),
"al-Basir" dan "as-Sami' " (Hud : 24),
"al-A'limun" (al-A'nkabut : 43), "al-Ulama" (Fatir : 28),
"al-Ahya' " (Fatir : 35) dan berbagai nama baik dan gelaran mulia
lain.
Daya
usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan panca indera yang
dikaruniakan Allah SWT membimbing seseorang ke arah mengenal dan mengakui
ketauhidan Rabbul Jalil.
Ini
memberi satu isyarat dan petunjuk yang penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan
yang amat erat dengan dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya
mengenal dan mengakui keesaan Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang
berilmu akan tunduk, kerdil, dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan
Allah SWT.
Dalam
surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:
"Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Ketika
menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir membuat suatu rumusan yang menarik bahwa
apabila Allah SWT menyandingkan "diri-Nya" dengan para malaikat dan
orang yang berilmu tentang penyaksian "keesaan Allah SWT dan
kemutlakan-Nya sebagai Tuhan yang layak disembah", hal tersebut adalah
suatu penghormatan agung secara khusus kepada orang-orang yang berilmu yang
sentiasa bergerak di atas rel kebenaran dan menjunjung tinggi prinsip ini serta
berpegang teguh dengannya dalam semua keadaan dan suasana.
Rekaman
penghormatan ini kekal sebagaimana kekalnya kitab wahyu ini sebagai peringatan
kepada golongan berilmu bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka
diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT.
Mereka memikul amanah Allah SWT karena mereka adalah pewaris para nabi.
Sifat
ikhlas, berani, dan tegas serta senantiasa istiqamah akan selalu ada dalam diri
orang yang berilmu. Mereka tidak mengharapkan ganjaran, sanjungan, dan pujian
dari manusia. Keikhlasan mereka adalah hasil daripada ramuan kecintaan dan
keyakinan kepada prinsip kebenaran yang menjadi tonggak pegangan mereka.
Orang
yang berilmu amat menjunjung tinggi prinsip kebenaran. Mereka tidak menafikan
kebenaran dari pihak lain dan tidak pula merasa kebenaran hanya mutlak ada pada
dirinya. Berlapang dada dan merendah diri adalah akhlak murni orang yang
berilmu.
Mereka
tidak melihat dari siapa atau dari golongan mana kebenaran tersebut berasal.
Kebenaran sejati yang menjadi pegangan mereka adalah apabila datangnya daripada
nash al-Quran al-Karim dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Keberanian
orang yang berilmu adalah hasil keyakinan teguh kepada
kekuatan
dan kekuasaan Allah Rabbul Jalil. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [Orang-orang
yang berilmu]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
(Fatir: 28)
Orang-orang
yang berilmu memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha Berkuasa atas
sekalian makhluk-Nya. Kehinaan di sisi manusia karena mempertahankan prinsip
kebenaran dipandang lebih baik dan mulia daripada kehinaan di sisi Allah SWT
karena menampik kebenaran hanya untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian
manusia. Mereka amat yakin bahwa menyatakan kebenaran dan perkara hak adalah
amanah Allah SWT dan mereka pun mengetahui resikonya amat besar.
Peringatan
Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan
kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (al-Baqarah: 159)
Rasulullah
saw bersabda:
"Janganlah
sekali-kali wibawa manusia sampai menghalangi seseorang untuk mengatakan
sesuatu yang hak jika ia mengetahuinya, menyaksikannya, atau mendengarnya.
Sebab tindakannya itu tidak akan mendekatkan ajal dan tidak akan menjauhkannya
dari rezeki." (HR Ahmad)
Rasulullah
saw juga bersabda:
"Barang
siapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari
kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab
sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi
berpendapat bahwa hadits ini sahih)
Orang
yang berilmu mengetahui bagaimana kerusakan yang akan timbul dari amal yang
tanpa ilmu, sebagaimana yang dikatakan khalifah Umar bin Abdul Aziz
"Barang siapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia banyak
merusak dari pada memperbaiki"
Yang
menjadi panutan orang-orang berilmu adalah Rasulullah saw dan para sahabat
beliau yang mulia. Karena hanya dengan mengikuti jalan Rasulullah dan para
sahabatlah yang akan memasukkan seorang muslim kedalam golongan yang selamat.
Sebagaimana Sabda Rasulullah saw:
"Semua
golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para
sahabatku meniti diatasnya" (HR Tirmidzi)
Imam
Bukhari dalam kitabnya "Berpegang Teguh pada Kitab dan Sunnah"
memberi
judul salah satu dari sekian bab (yang artinya):
"Nabi
SAW mengajarkan kepada umat-nya, baik laki-laki maupun wanita, apa yang
diajarkan Allah kepadanya tanpa menggunakan pendapat atau pemisalan."
Al-Muhallab
berkata ketika mengomentari bab Bukhari ini: "Maksud Bukhari bahwa seorang
yang berilmu apabila dia berbicara dengan menggunakan nash, tidak perlu lagi
berbicara berdasarkan pendapat dan qiyasnya (analogi). "[4]
KESIMPULAN
Islam
mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk
menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia,
agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia
ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw.,
bersabda:
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap orang Islam”
(Riwayat
Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
DAFTAR PUSTAKA
-Hadisaputra
ihsan .1981.Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Pengalamannya . Surabaya ; Al – Ikhlas
-Kitab Riyadus Sholihin
-http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/hadist-tentang-ilmu.html
-Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\
-Kitab Riyadus Sholihin
-http://lailatur-rahmah.blogspot.com/2011/05/hadist-tentang-ilmu.html
-Http:\\www.geocities.com\broadway\4516\