PENGANTAR ILMU SEJARAH
A. LATAR BELAKANG
Mengapa harus
belajar sejarah? Bukankah sejarah adalah masa lalu, dan kita menuju masa depan.
Pemikiran ini sering mengemuka dan membuat sejarah dipandang
sebelah mata. Orang yang belajar sejarah tak berdaya. Karena itu, sejarah kerap
ditempatkan sekedar pelengkap. Mereka lupa bahwa realitas kehidupan hari ini
adalah buah aktivitas masa lalu, dan cermin masa depan terletak pada tindakan
kita sekarang. Itulah sebabnya sejarah dianggap sebagai ilmu yang mempelajari
tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Tidak ada sejarah yang lengkap. Begitulah fakta sejarah
dunia mana pun. Kita hanya dapat mengalami suatu kejadian dari sebagian totalitas kejadian itu. Karena itu,
tidak salah apabila ada yang mengatakan, sejarah berulang dan kita
perlu belajar sejarah. Masa lampau manusia untuk sebagian
besar tidak dapat ditampilkan kembali. Bahkan juga mereka yang dikaruniai
ingatan yang tajam sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa lampaunya,
karena dalam hidup semua orang pastilah ada peristiwa, orang, kata-kata,
pikiran-pikiran, tempat-tempat dan bayangan-bayangan yang ketika terjadi sama
sekali tidak meninggalkan kesan, atau yang kini telah dilupakan.
Lebih daripada itu, pengalaman suatu genersi yang telah
lama mati yang sebagian besar diantara anggotanya tidak meninggalkan
rekaman-rekaman, atau yang rekaman-rekamannya jika pun ada tidak pernah sampai
ke tangan sejarawan, tidak mungkin diingat kembali secara lengkap.
Yang terakhir adalah bahwa sejarah adalah pelajaran yang
sangat berharga, karena sejarah merupakan suatu gerakan yang kreatif. Sejarah tidak
hanya memberikan bahan pertimbangan saja, tetapi menuntut kerja keras dan
ketekunan, latihan imajinasi yang kreatif, bergist menelaah literatur yang
bermutu tinggi.
Ahli sejarah
mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti
catatan yang ditulis atau dicetak mata uang atau benda atau sejarah lainnya,
bangunan dan monument, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai
“sejarah penceritaan”, atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah
modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah foto, gambar bergerak
(misalnya: fim layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua
sumber-sumber ini digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada
periode yang hendak diteliti atau dipelajari penelitian sejarah juga bergantung
pada historiografi atau cara pandang sejarah yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
B. PEMBAHASAN
Apa Sejarah Itu?
Sejarah dalam bahasa Arab, tārīkh atau history (Inggris),
adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai
peristiwa.[1] Sejarawan
Louis Gottschalk dalam bukunya Understanding History: a Primer of Historical Method, sejarah dalam bahasa
Inggris history berasal dari kata
benda bahasa Yunani istoria yang berarti ilmu. Dalam penggunaannya oleh
filosof Yunani, Aristoteles, istoria berarti suatu penjelasan
sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang
merupakan faktor atau tidak dalam penjelasan.[2]
Perkataan sejarah juga mempunyai arti yang sama dengan Geschichte (Jerman)
dan Geschiedenis (Belanda), semua mengandung arti yang sama yaitu cerita
tentang peristiwa dan kejadian pada masa lampau. Peristiwa dan kejadian itu
benar-benar terjadi dimasa lampau.[3]
Sejarawan Indonesia, seperti Sartono Kartodirdjo
dalam bukunya Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, menbagi
pengertian sejarah pada pengertian subjektif dan objektif.[4] Sejarah
dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis
sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu
kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk mengambarkan
suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur. Kesatuan itu membentuk
koherensi, artinya berbagai unsur bertalian satu sama lain dan merupakan satu
kesatuan. Fungsi unsur-unsur saling menopang dan saling bergantung satu sama
lain. Disebut subjektif, tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi
subjek (pengarang, penulis). Karena pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah
hasil penggambaran atau rekontruksi dari pengarang, mau tidak mau memuat
sifat-sifat, gaya bahasa, struktur pemikiran, pandangan dan sebagainya. Sejarah
dalam arti objektif adalah menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni
proses sejarah dalam aktualitasnya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat
diulang atau terulang lagi. Orang yang memiliki kesempatan mengalami suatu kejadian
pun sebenarnya hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas kejadian itu.
Riwayat Moh. Ali dalam Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia (1963) mempertegas pengertian sejarah menjadi:
(1) Jumlah perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam
kenyataan sekitar kita.
(2) Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian dan
peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
(3) Ilmu uang bertugas menyelidiki peribahan-perubahan.
Kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita.
Bila kita perhatikan pengertian tersebut, maka
akan kita dapatkan peristiwa masa lampau dan ceritanya, sedangkan ilmu bertugas
menyelidiki kebenaran kebenaran peristiwa masa lampau dan cara menyusun cerita
sehingga membentuk pengertiuan yang lengkap. Apabila kita ambil peristiwa masa
lampau saja, itu belum berarti sejarah,
Sejarah akan mengandung arti bila peristiwa
masa lampau atau faktanya diberi cerita dan ceritanya harus disusun dengan
persyaratan ilmiah. Dari keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah cerita perubahan-perubahan, peristiwa
atau kejadian-kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan
dikaitkan, sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.
Dahulu ada kekeliruan tafsir mengenai sejarah.
Sejarah sering diartikan sama dengan dongeng, mythe, legenda, silsilah, kronik,
dan babad. Dongeng, mythe dan legenda adalah cerita tentang kepercayaan lampau
yang masih hidup di tengah-tengah masyarakat. Silsilah (berasal dari
bahasa Arab) yang berarti urutan, seri, hubungan, daftar asal-usul keturunan. Kronik
atau tarich adalah cerita peristiwa-peristiwa yang disusun menurut
urutan waktu tanpa penjelasan hubungan antar peristiwa-peristiwa tersebut.
Khusus mengenai tarich merupakan buku tahunan
perhitungan waktu buku riwayat dan pencatatan tanggal yang juga disebut primbon
(bahasa Jawa), sedangkan babad berasal dari bahsa Jawa berarti riwayat kerajaan
dan riwayat raja-raja. Dongeng, mythe, legenda, silsilah dan sebagainya itu
merupakan hasil kesusatraan lama. Jadi bukan sejarah, yang menurut Benedetto
Crose termasuk pseudo history atau sejarah palsu.
Sebagai
suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu
lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, di mana
tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam
hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya,
yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai suatu studi yang
berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami
(diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang
bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa sekarang
Beberapa Pendapat Ahli Mengenai Sejarah
Berdasarkan pengertian harfiah tersebut, maka materi sejarah
itu sangat luas, karena menyangkut perubahan-perubahan atau peristiwa-peristiwa
perkehidupan manusia dalam kenyataan sekitar kita.[5]
Apabila manusia sebagai pemegang peranan utama dalam sejarah, maka tidak
seluruh kegiatan manusia itu akan menjadi isi cerita sejarah. Isi cerita akan
dibatasi oleh pendirian ataupun tujuan penyusunan sejarah. Demikianlah
peristiwa atas fakta sejarah yang begitu banyaknya perlu diseleksi. Jenis
fakta-fakta itu beragam, beraneka warna, dan fakta yang berhubungan dengan
politik, diplomasi, perang, konstitusi, ekonomi, kebudayaan, sosial dan
sebagainya, kerena itu terasa kebutuhan untuk membagi-bagi sejarah ke dalam
ranting-rantingnya yang lebih mengkhusus untuk memungkinkan pemusatan
perhatian-perhatian dari sejarah.
Beberapa pendapat tentang arti sejarah:
1. H. Mohammad Hatta dalam pengantar ke
Jalan Ilmu Pengantar Ilmu Sejarah dan Pengetahuan 1960. Halaman 54-57-68.
Sejarah ujudnya memberi pengertian dari pada
masa yang lalu.....
Ia menggambarkan di muka kita suatu ideal
tipe, bentuk rupa dari pada masa itu. Bukan gambaran yang sebenar-benarnya,
tetapi gambaran yang dimudahkan, supaya kita mengenal rupanya.....
Ia bukan melahirkan cerita daripada kejadian
yang lalu, tetapi memberi pengertian tentang satu kejadian atau masa itu
sebagai masalah. Ia mengupas masalahnya dalam keadaan yang heterogen, dalam
keadaan hidupnya yang banyak cabangnya.....
Siapa yang mempelajari sejarah dengan pengertian
tal boleh berputus asa. Kerena sejarah mengajar kita melihat yang relatif, yang
sementara dalam segala kejadian di dunia ini. Semua itu satu-satunya adalah
semetara. Tak ada yang berubah “pantai rei”, semuanya mengalir, kata
Herakletos. Masyarakat sewaktu-waktu bergeak dan berubah.
2. H. Moh. Yamin, dalam Majapahit Parwa I
halaman 89.
Sejarah Indonesia menurut paham ilmiah ialah
suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa
yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan (sumber sejarah – sandaran
sejarah).
3. Edward Hellet Carr (1892-1982),
sejarawan Inggris percaya bahwa meskipun para sejarawan tidak bisa memprediksi
peristiwa-peristiwa tertentu, mereka bisa membuat generalisasi yang berguna
baik sebagai petunjuk untuk tindakan masa depan maupun sebagai kunci untuk
memahami bagaimana hal-hal bisa terjadi (Warrington 2008:54).[6]
4. Beneditto Crose dalam bukunya tentang Teori
dan Sejarah dari Ilmu Penulisan Sejarah (Historiografi) membedakan
pengertian sejarah dan kronik. Sejarah adalah cerita yang menggambarkan suatu
pikiran yang hidup tentang masa lampau sedangkan kronik merupakan catatan
tentang masa lampau, menurut kedudukannya, mati dan tak dapat mengerti
(pseudohistoris).
5. E. Bernhein dalam Lehrbuch der Historychen Methoed
under Geschictsphilosophi, cetakan VI halaman 9. Ilmu sejarah adalah ilmu yang
menyelidiki dan menceritakan peristiwa-peristiwa dalam waktu dan ruang yang
dihubungkan dengan perkembangan dan aktivitas manusia (baik yang bersifat
individu maupun kelompok) sebagai kehidupan masyarakat dalam hubungan timbale
balik antara rohaniah dan jasmaniah.
6. Kontowijoyo (2005:18) memberikan pengertian sejarah
sebagai rekontruksi masa lalu. Artinya, apa yang telah terjadi, kaitannya
dengan manusia dan tindakan manusia direkonstruksi (re artinya kembali; construction
artinya bangunan) dalam bentuk kisah sejarah. Pengertian ini lebih mengarah
pada upaya menghadirkan kembali kejadian-kejadian masa lalu oleh sejarawan atas
dasar sumber-sumber sejarah dan daya imajinasi sejarawan. Dalam kaitan itu
Kuntowijoyo juga membedakan karakteristik ilmu sejarah dalam arti negative dan
pengertian positif. [7]
7. WJS. Puerwodiarminta
dalam kamus umum Bahasa Indonesia
memiliki tiga makna, ketiga makna tersebut adalah:
a. Kesusastraan lama yang berupa silsilah serta asla usul.
b. Segala sesuatau yang benar-benar terjadi
pada masa lalu.
c. Ilmu pengetahuan.
8. Hendri Pirennei seorang sejarah dimaknai sebagai sebuah
kisah mengenai berbagai peristiwa dan aktivitas manusia yang hidup dalam
masyarakat.
9. Cllefelanb sejarah adalah sebuah konsep yang akan
dilihat untuk mengenali kehidupan manusia.
10. Abramiwitz pendapat ini disampaikan pada tahun 1970.
Menurutnya sejarah adalah runtutan peristiwa yang terjadi pada sebuah kejadian.
C. KESIMPULAN
Sejarah merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan. Semua peristiwa-peristiwa masa lampau yang
menjadi inti cerita sejarah itu sungguh-sungguh terjadi dan dapat dibuktikan
kebenarannya. Peristiwa-peristiwa masa lampau menunjukan proses perjuangan
manusia untuk mencapai perikehidupan kemanusiaan yang lebih sempurna dan
sebagai ilmu yang berusaha mewariskan pengetahuan tentang masa lalu suatu
masyarakat tertentu.
Sejarah sebagai
kesusasteraan lama merupakan karya sastra yang berlandasan atau memiliki latar
belakang sejarah. Termasuk dalam kelompok ini antara lain dongeng, mythe,
legenda, silsila, kronik, babad dan lain-lain. Bentuk-bentuk kesusasteraan ini
bukan sejarah , melainkan kata Benedetto Crose adalah “pseudo history” atau
“Sejarah semu”.
Pendapat para ahli
mengenai definisi sejarah berbeda-beda, namun apabila ditarik kesimpulan ada
persamaannya yaitu cerita tentang perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa dan
sebagainnya pada masa lampau, dan ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
tersebut pada dasarnya merupakan kegiatan manusia.
Sejarah sebagai ilmu
ataupun sejarah sebagai cerita adalah hasil ciptaan manusia. Dalam hal ini
manusia sebagai subjek atau yang memegang peranan sebagai penyusun ilmu dan
cerita. Dalam pendapat’ para ahli tentang sejarah tanpa adanya unsure subjektivitas
yang didasari ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Abd Rahman. & Madjid, M Saleh.
2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Hugiono. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah.
Semarang: Bina Aksara
Supriadi, Deddi. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Media